Tanya Ners – Sebagai seorang ibu, melindungi si kecil adalah prioritas utama. Salah satu masalah kesehatan yang biasa terjadi pada bayi yang baru lahir adalah jaundice atau biasa dikenal dengan bayi kuning. Mengetahui penyebab bayi kuning dan cara pencegahannya adalah langkah penting dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan si kecil. Simak selengkapnya di artikel berikut untuk memahami lebih dalam!
Apa itu Penyakit Kuning?
Sebelum Bunda-Bunda mengenal lebih jauh soal penyebab bayi kuning, Bunda pasti penasaran dengan apa itu penyakit kuning? Penyakit kuning pada bayi adalah kondisi di mana kulit bayi mengalami perubahan warna menjadi kuning.
Umumnya, penyakit kuning pada bayi tidak terlalu berdampak serius pada si kecil dan akan hilang dalam beberapa minggu. Namun, tidak dipungkiri kalau bunda harus tetap memperhatikannya karena penyakit kuning yang parah bisa menyebabkan kerusakan otak jika tidak diobati dengan tepat.
Baca juga: Mengenal Apa Itu ASI Booster dan Cara Stimulasi yang Benar
Penyebab Bayi Kuning
Penting bagi Bunda untuk memahami penyebab bayi kuning agar dapat memberikan perawatan yang tepat dan memantau kesehatan si kecil. Penyebabnya dapat bervariasi, tetapi intinya adalah penumpukan bilirubin dalam darah bayi. Bilirubin sendiri adalah zat kuning yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah secara alami di organ hati.
Saat bayi masih dalam kandungan, bilirubin yang dihasilkan oleh plasenta disaring oleh hati bayi dan kemudian dilepaskan ke saluran pencernaan. Namun, karena organ hati bayi belum sepenuhnya berkembang, proses pembuangan bilirubin bisa terhambat dan menyebabkan kulit bayi tampak kuning.
Baca juga: 6 Tanda Bayi Kurang ASI dan Cara Mengatasinya!
Ada dua jenis bayi kuning yang perlu Bunda perhatikan, yaitu bayi kuning fisiologis dan patologis. Bayi kuning fisiologis umumnya terjadi dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran dan biasanya bersifat ringan serta hilang dengan sendirinya.
Namun, Bunda perlu waspada dengan bayi kuning fisiologis patologis. Jika bayi kuning muncul dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kelahiran dan bertahan lebih dari 2 minggu, terutama jika disertai dengan peningkatan kadar bilirubin. Maka hal ini menjadi perhatian yang serius. Beberapa penyebab bayi kuning patologis meliputi:
- Inkompatibilitas ABO dan rhesus antara ibu dan bayi.
- Infeksi virus atau bakteri.
- Sepsis pada bayi
- Kerusakan organ hati
- Pendarahan internal
- Kekurangan enzim tertentu seperti G6PD.
- Masalah pada sistem pencernaan bayi seperti atresia bilier.
Selain itu, bayi yang lahir prematur atau sulit mengkonsumsi ASI juga berisiko tinggi mengalami bayi kuning. Oleh karena itu, Bunda perlu selalu memperhatikan penyebab bayi kuning dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat.
Baca juga: 5 Penyebab, Tanda, dan Cara Mengatasi ASI Sedikit
Gejala Penyakit Kuning pada Bayi
Gejala utama dari bayi kuning biasanya terlihat pertama kali pada wajah bayi. Kemudian, seiring dengan peningkatan kadar bilirubin, warna kuning dapat menyebar ke bagian putih pada mata, bawah lidah, dada, perut, lengan, dan kaki bayi.
Selain itu, gejala penyakit kuning juga menyebabkan komplikasi seperti ensefalopati. Dampaknya, darah bayi akan mencapai otak sehingga merusak sel-sel otak. Bahkan komplikasi ini juga menyebabkan demam, muntah, kesulitan menyusu, lesu, sulit dibangunkan, serta leher dan tubuh yang melengkung ke belakang.
Komplikasi lain yang muncul karena penyakit kuning adalah kernikterus yang menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Kernikterus dapat menimbulkan berbagai masalah seperti hambatan perkembangan gigi, gangguan pendengaran permanen, kelemahan otot, kesulitan berbicara, bahkan cerebral palsy.
Baca juga: Adakah Sufor yang Rasanya Mirip ASI? Simak Penjelasannya!
Cara Mengobati Penyakit Kuning
Dalam mengatasi penyakit kuning pada bayi, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk pengobatan yang efektif. Simak selengkapnya di bawah ini:
1. Memberi ASI atau Susu Formula yang Cukup
Bunda dapat mencegah kenaikan kadar bilirubin dalam darah dengan memberikan ASI atau susu formula yang cukup. Bayi yang mengkonsumsi ASI sebaiknya menyusu sebanyak 8–12 kali dalam sehari selama beberapa hari pertama kelahirannya.
Sementara itu, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, Bunda perlu memberikan sekitar 30–60 ml susu setiap 2–3 jam sekali selama minggu pertama setelah dilahirkan. Langkah ini bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar bilirubin dalam darah bayi.
2. Menjemurnya di Pagi Hari
Cara selanjutnya adalah dengan menjemur bayi pada jam 7-9 pagi selama 15-20 menit. Proses ini membantu meningkatkan konversi bilirubin menjadi bentuk yang mudah dikeluarkan oleh tubuh.
Namun, sangat penting untuk memastikan bahwa mata bayi tidak boleh terpapar langsung sinar matahari. Bunda dapat menutup mata bayi atau memposisikan bayi dengan membelakangi matahari untuk menghindari dampak buruk dari paparan langsung.
Baca juga: 7 Minuman Pelancar ASI Alami yang Aman & Mudah Didapat
3. Pantau Secara Berkala
Jika si kecil terkena penyakit kuning, Bunda harus memeriksa kondisi bayi secara berkala, terutama bagian putih bola mata dan kulit. Melakukan pemeriksaan secara rutin bertujuan untuk melihat perkembangan kondisi bayi, apakah sudah membaik atau justru semakin parah.
Jika setelah 14 hari kondisi bayi tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Perawatan yang cepat dan tepat akan sangat membantu menurunkan risiko bayi mengalami kerusakan otak permanen akibat penyakit kuning.
4. Fototerapi
Metode yang umum digunakan untuk mengatasi penyakit kuning adalah fototerapi. Suatu prosedur medis yang bertujuan mengubah bilirubin dalam darah bayi menjadi bentuk yang lebih mudah diurai oleh hati menggunakan cahaya khusus.
Selama proses fototerapi, bayi akan dibuka pakaiannya dan ditempatkan di bawah lampu khusus berwarna biru. Si kecil hanya akan mengenakan popok dan masker untuk melindungi mata dari sinar lampu. Durasi pengobatan fototerapi memakan waktu satu hingga dua hari. Jika kadar bilirubin bayi tidak terlalu tinggi, Bunda dapat melakukan terapi cahaya ini di rumah.
5. Transfusi Tukar
Saat bayi mengalami kondisi bayi kuning yang parah dan tidak merespons terhadap perawatan lainnya, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur lain yang dikenal sebagai transfusi tukar.
Transfusi tukar melibatkan pengeluaran darah bayi melalui kateter yang ditempatkan di pembuluh darah untuk diganti dengan darah baru dari pendonor yang cocok. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar bilirubin dalam darah bayi dan mencegah komplikasi serius seperti ensefalopati dan kernikterus.
Meskipun cara ini dapat menjadi solusi yang efektif, Bunda perlu memahami bahwa prosedur transfusi tukar memiliki risiko dan efek samping tertentu seperti reaksi alergi terhadap darah donor, infeksi, atau masalah dengan koagulasi darah.
Baca juga: Jangan Sampai Salah, Ini Cara Menghangatkan ASI yang Benar!
Penutup
Nah, kalau Bunda ingin lebih mendalami perawatan bayi yang optimal agar terhindari penyakit kuning. Jangan ragu untuk bergabung dengan Kelas NeBa yang bisa dilakukan secara online! Di sana Bunda akan diajak untuk mengetahui apa yang harus dilakukan ketika bayi lahir dan menghindari bayi terkena penyakit kuning.
Semoga bermanfaat!
*Artikel ini telah ditinjau oleh Ns. Almira Istiqomah, S.Kep
Referensi: